Nama : Windah Widi Astuti
Nim: 15150025
Kelas : A12.1
KONSEPSI
Konsepsi disebut juga dengan
fertilisasi atau pembuahan. Pengertian konsepsi adalah peristiwa bertemunya sel
telur (ovum) dan sperma. Peristiwa konsepsi terjadi di ampula tuba. Pada hari
ke 11-14 terjadi ovulasi dari siklus menstruasi normal. Ovulasi adalah
peristiwa matangnya sel telur sehingga siap untuk dibuahi.
Pada saat coitus, 3-5 cc semen yang
ditumpahkan ke dalam forniks posterior, dengan jumlah spermatozoon sekitar
200-500 juta. Gerakan sperma dari serviks terus melintasi uterus menuju tuba
falopi. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran
(degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika
terjadi pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma akan mengalami
serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi bakal janin (embrio). Gerakan sperma
di dalam rongga uterus dan tuba disebabkan oleh kontraksi otot-otot pada organ
tersebut.
Konsepsi adalah suatu peristiwa
penyatuan antara sel sperma dengan sel telur di dalam tuba falopi. Hanya satu
sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan
masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga
tidak dapat dilalui oleh sperma. Konsepsi dapat terjadi jika beberapa kriteria
berikut terpenuhi:
a. Senggama harus terjadi pada bagian
siklus reproduksi wanita yang tepat
b. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang
sehat pada saat ovulasi
c. Pria harus mengeluarkan sperma yang
cukup normal dan sehat selama ejakulasi
d. Tidak ada barier atau hambatan yang
mencegah sperma mencapai penetrasi dan akhirnya membuahi ovum
Konsepsi memiliki kemungkinan
paling berhasil jika hubungan seksual berlangsung tepat sebelum ovulasi. Sperma
dapat hidup selama 3-4 hari di dalam saluran genetalia wanita dan idealnya
harus berada di dalam tuba falopi saat ovulasi terjadi karena ovum hanya bisa
hidup selama 12-24 jam. Wanita dapat memprediksi ovulasi dengan memantau
perubahan dalam tubuhnya. Misalnya, sekitar waktu ovulasi, serviks memendek,
melunak dan sedikit berdilatasi. Salah satu indikator ovulasi yang paling kuat
adalah status lendir serviks yang menjadi transparan, licin dan banyak (Flynn,
1992). Lendir tersebut juga dapat direnggangkan, suatu materi yang disebut
spinnbarkeit. Setelah ovulasi, lendir kembali menjadi kental, lengket dan
jumlahnya menurun (Norman, 1986).
Tindakan lebih jauh yang dapat
dilakukan wanita adalah mengobservasi suhu tubuh basalnya, yang meningkat
sebesar 0.2°C segera setelah ovulasi. Sebelum sebuah sperma mampu mempenetrasi
dan membuahi sebuah ovum, sperma harus menjalani sebuah proses yang disebut
kapasitasi (berlangsung kurang lebih 7 jam). Pada proses ini membran sperma
menjadi rapuh (fragile) dan melepaskan enzim hidrolitik dan akrosom (lapisan
seperti helm yang menutupi kepala sperma). Enzim ini (hialuronidase dan
proteinase) harus mencerna korona radiate dan zona pelusida sebelum dapat
mencapai membran ovum. Walau pun banyak sperma terlibat dalam proses cerna ini,
hanya satu sperma yang dibiarkan mempenetrasi ovum.
Segera setelah satu sperma
memasuki ovum, perubahan kimia terjadi. Perubahan kimia ini mula-mula mencegah
sperma lain berfusi lebih jauh dengan membran ovum dan pada akhirnya semua
sperma yang tersisa dikeluarkan dari ovum. Begitu sperma telah memasuki ovum,
sperma sementara berada di dalam sitoplasma perifer, sementara nukleus wanita
menjadi matur dan jumlah kromosom wanita menurun dari 46 menjadi 23. Nukleus
sperma menjadi membengkak dam saling mendekat sebagai pronukleus pria dan
wanita saat terbentuk suatu “kumparan”
di antara kedua nukleus.
Proses konsepsi merupakan proses
awal terbentuknya janin. Saat berhubungan intim, seorang suami akan
mengeluarkan sperma sebanyak 3 cc, dan setiap 1 cc sperma normal akan
mengandung sekitar 100 juta hingga 120 juta buah sel sperma. Setelah sperma ini
terpancar atau ejakulasi ke dalam rahim istri, jutaan sel sperma akan berlarian
melintasi rongga rahim untuk mencapai sel telur matang yang ada pada saluran
tuba di seberang rahim. Dari sekian juta sel sperma yang berenang, hanya 1 sel
sperma yang diterima oleh sel telur dan diijinkan membuahi. Setelah 1 sel
sperma yang berhasil membuahi sel telur, maka terjadilah perubahan pada
permukaan sel telur hingga tak bisa lagi dimasuki oleh sel sperma lainnya.
Sehingga jutaan sel sperma lainnya akan mati dengan sendirinya.
Proses pembuahan ini terjadi di
dalam tuba falopi, yaitu saluran kecil yang menghubungkan antara kandung telur
dengan rongga rahim. Kandung telur dan rahim ini terletak pada suatu tempat
yang terpisah dan saluran tuba ini menghubungkan antara keduanya. Ketika masa
subur, sel telur matang yang akan keluar dari kandung telur memang mampu
bergerak menuju ke dalam lubang saluran tuba untuk selanjutnya menunggu
kedatangan sel sperma. Umur sperma bisa bertahan antara 1-3 hari dalam alat
kandungan istri setelah dipancarkan. Tidak seperti sel telur matang yang hanya
mampu hidup beberapa jam setelah ovulasi. Mengingat lamanya umur sperma ini,
maka hubungan suami istri yang dilakukan pada 3 hari sebelum masa ovulasi pun
masih berpeluang untuk kehamilan.
Ketika sel telur dibuahi, di
dalam inti sel telur akan terjadi reaksi persenyawaan antara sifat-sifat atau
kromosom dari sel telur dengan sifat yang dibawa oleh sperma. Hasil
persenyawaan sifat yang berasal dari sebuah sel sperma dan sel telur ini
menetukan sifat yang akan dimiliki oleh calon janin. Dengan demikian kelak akan
terwujud anak yang memiliki sebagian sifat ayah dan sebagian sifat dari ibu.
Pada saat pembuahan pun jenis kelamin sudah ditentukan, namun bukan oleh sel
telur tapi ditentukan oleh jenis sel sperma. Di dalam air mani terdapat 2 jenis
sperma, yaitu sel sperma X sebagai pembawa sifat kelamin perempuan dan sel
sperma Y sebagai pembawa sifat kelamin laki-laki.
Bila yang berhasil membuahi sel
telur adalah sperma jenis X maka kelak akan menjadi anak perempuan. Sedangkan
sebaliknya bila yang membuahi adalah sel sperma jenis Y maka anaknya kelak
adalah laki-laki. Jadi penentuan jenis kelamin ini bergantung pada persaingan
di antara kedua jenis sperma ini dalam mencapai sel telur ketika pembuahan.
Dengan demikian secara teoritis untuk mengharapkan jenis kelamin anak yang
diinginkan kelak lahir, bisa diusahakan berdasarkan karakteristik sel-sel
sperma. Prinsipnya yaitu dengan memberikan kesempatan prioritas membuahi pada
salah satu jenis sperma apakah sperma X ataukah Y sesuai yang diharapkan.
Dalam keadaan normal, setelah sel
telur ini dibuahi oleh sel sperma di saluran tuba, selanjutnya calon janin ini
akan bergerak melalui saluran tersebut menuju ke dalam rahim. Sesampainya di
rongga rahim kemudian hasil pembuahan ini menempel dan tertanam pada lapisan
permukaan dinding rongga di dalam rahim. Pada sekitar hari ke-6 setelah
pembuahan, calon janin ini biasanya sudah berhasil menempel dan tertanam di
dalam rongga rahim. Selanjutnya buah kehamilan ini akan terus tumbuh dan
berkembang mengisi rongga rahim serta mendapatkan berbagai sumber makanan,
oksigen, dll dari tubuh ibu melalui tali pusat dan ari-ari (plasenta). Pada
kehamilan 4 bulan, seluruh organ tubuh janin sudah terbentuk sempurna. Setelah
itu, janin akan bertambah besar dan matang sampai akhirnya menjadi bayi yang
siap untuk dilahirkan. Seperti itulah proses pembuahan pada manusia. Berikut
ini adalah gambar mengenai proses terjadinya konsepsi:
B. Jenis-jenis Konsepsi
1. Kehamilan di Luar Kandungan
Kehamilan ektopik atau kehamilan
di luar kandungan, artinya bahwa sel telur yang sudah dibuahi oleh sperma tidak
menempel di dalam rahim. Sel telur yang sudah dibuahi bisa menempel di tuba
falopi, ovarium, perut atau leher rahim. Apabila konsepsi menempel pada salah
satu organ-organ itu, konsepsi tidak bisa berkembang menjadi embrio karena
organ tersebut tidak cukup memiliki ruang ataupun jaringan yang bersifat
melindungi seperti rahim. Jika embrio sampai tumbuh, calon ibu beresiko
mengalami perdarahan dan terancam. Janin kehamilan ektopik hamper tidak pernah
lahir hidup, bahkan biasanya gugur pada 8 minggu pertama.Gejalanya adalah mual,
muntah, pusing, lemah dan rasa sakit pada salah satu bagian di perut bawah
serta disertai perdarahan ringan. Jika tuba falopi pecah, akan terjadi
perdarahan dalam yang sangat serius serta timbul rasa sakit sampai calon ibu
bisa pingsan.
Tindakan untuk mengatasi masalah
tergantung pada lokasi dan usia kehamilan. Bila masalah ini terdiagnosa pada
awal kehamilan, anda akan disuntik methotrexate untuk menggugurkan konsepsi
tersebut. Jika kehamilan sudah beberapa minggu, anda perlu dioperasi untuk
mengangkat konsepsi itu keluar. Konsepsi bisa juga dikeluarkan melalui
laporoskopi, operasi dengan invasi minimal terhadap tubuh. Wanita yang pernah
mengalami kehamilan ektopik masih bisa hamil normal dan sehat pada kehamilan
berikutnya.
2. Kehamilan dengan Kista
Kista adalah kantung berisi
cairan yang muncul secara tidak normal dalam jaringan tubuh. Kista dapat muncul
di berbagai organ tubuh. Salah satunya pada indung telur. Kista yang muncul di
dalam indung telur bisa sebesar kacang atau bahkan besar sekali, lebih besar dari
ukuran bayi. Kebanyakan jenis ini tidak berbahaya dan sering ditemukan pada
wanita usia subur. Beberapa dapat menyebabkan perdarahan dan rasa sakit. Ada
pula kista yang berupa karsinoma (bibit kanker). Bila kista ini merupakan bibit
kanker, anda perlu berkonsultasi pada dokter onkologi.
Gejalanya adalah rasa sakit pada
perut bawah, otot pelvis, vagina, paha, dan punggung bawah. Rasa sakit ini bisa
terasa terus-menerus atau hilang timbul. Gejala lainnya adalah rasa mual,
muntah, pertambahan berat badan, kelelahan, pertumbuhan rambut di tubuh dan
wajah meningkat. Timbulnya kista jenis ini dapat berpengaruh pada siklus
menstruasi dan timbulnya rasa sakit sebelum atau pada masa menstruasi.
Tindakan untuk mengatasi kista
tergantung pada ukuran, gejala, dan jenis keganasan kista tersebut. Kista ada
berbagai macam. Dokter anda akan menentukan perawatan setelah pemeriksaan
menyeluruh. Bila kista timbul tanpa rasa ketidaknyamanan, anda hanya perlu
pemeriksaan teratur ke Ginekolog. Bila kista ada rasa sakit, diatasi obat
seperti ibuprofen atau acetaminophen. Bila kista lebih dari 5 cm, baik anda
dalam keadaan hamilatau tidak, maka kista tersebut harus diangkat melalui
operasi. Operasi pengangkatan kista pada wanita hamil harus menunggu sampai
janin berusia 4 bulan. Pada beberapa kasus, kista bisa hancur dengan
sendirinya. Kalaupun kista tidak hancur, janin tetap bisa berpeluang lahir
selamat.
3. Kehamilan Anggur
Kehamilan anggur adalah kehamilan
dengan plasenta yang tidak normal karena masalah yang muncul pada saat sel
telur dan sperma bergabung. Masalah ini disebabkan oleh ketidaksempurnaan
genetik pada saat pembuahan, sehingga ada pertumbuhan jaringan abnormal di
dalam rahim.kehamilan anggur jarang menghasilkan embrio yang berkembang. Yang
lebih cepat tumbuh justru bahan-bahan pendukung janin ketimbang janin itu
sendiri. Bahan-bahan ini adalah sel-sel yang berbentuk seperti kumpulan angggur
sehingga kehamilan ini populer disebut sebagai hamil anggur. Kehamilan anggur
bisa terjadi tanpa janin sama sekali. Hal ini terjadi ketika sperma membuahi
telur yang kosong sehingga tidak ada embrio tetapi hanya ada plasenta di dalam
rahim. Plasenta tumbuh dan memproduksi hormon kehamilan sehingga muncul tanda
positif pada test pack anda.Gejalanya adalah pembesaran rahim lebih cepat dari
yang semestinya, peningkatan tekanan darah, mual, muntah, vlek, dan perdarahan,
serta dapat memiliki gejala sakit tiroid. Periksakan leher rahim untuk
mengetahui tanda-tanda yang lain seperti rahim membesar atau mengecil, ovarium
yang membesar, serta mendeteksi kadar hormon hCG yang abnormal. Kehamilan
anggur dapat terlihat melalui USG.
Tindakan untuk mengatasinya
adalah kuretase. Anda yang pernah mengalami kehamilan anggur perlu menunggu
satu tahun sebelum mulai hamil kembali. Bila anda pernah hamil anggur,
sebaiknya tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi.
C. Perubahan Fisiologi pada Masa Kehamilan
1. Perubahan pada Alat Eksterna dan Internal
a. Vagina dan Vulva
Vaskularisasi vagina
meningkat sampai terjadi warna kebiru-biruan (tanda chadwicks)Dinding vagina
mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk mengalami peregangan pada
waktu persalinan
b. Serviks
Karena vaskularisasi darah pelvis
meningkat saat hamil, maka terjadi:
Edema, hyperplasia dan hipertropi kelenjar serviks
Vaskularisasi meningkat, sampai
terjadi perubahan warna menjadi kebiruan
C.Uterus
Letak
Awal kehamilan =
antefleksi/retrofleksi, 12 minggu = vertical, 4 bulan dalam rongga pelvis,
lebih dari 4 bulan naik memasuki abdomen dapat mencapaibatas hati, condong ke
kanan. Setelah 36 minggu turun ke dalam pelvis. Bagian uterus yang mengelilingi
tempat implantasi plasenta akan bertambah lebih besar dari bagian lainnya
sehingga menyebabkan uterus tidak rata disebut tanda Piscasek.
Bentuk
Awal = seperti buah alpukat, 2
bulan = telur bebek, 3 bulan = telur angsa, 4 bulan = bulat, 5 bulan = teraba
berisi cairan ketuban. Dinding rahim terasa tipis, bagian-bagian janin dapat
diraba. Akhir = bujur telur.
Ukuran
Aterm = panjang 30 cm, lebar 23
cm, tebal 20 cm.
D.Endometrium
Akan menjadi lebih tebal dan
lebih vaskuler (kaya pembuluh darah) setelah hasil konsepsi tertanam,
dibandingkan dengan endometrium yang tidak hamil.
e. Miometrium
Dinding otot uterus menjadi lebih
tipis, karena peregangan uterus. Peningkatan kadar estrogen akan merangsang
kontraksi miometrium terjadi dari minggu ke-8 sampai minggu berikutnya
(kontraksi Braxton Hicks).
f. Peritoneum
Bertumbuh dengan kecepatan yang
sesuai dengan pertambahan besar uterus dan tetap melapisi uterus tersebut
secara halus dan merata.
g. Ovarium
Korpus luteum dipertahankan
selama kehamilan sampai umur 16 minggu. Puncak fungsi luteum pada minggu ke 6-7
dan selanjutnya menurun. Hilangnya korpus luteum sebelum minggu ke-7
menyebabkan abortus spontan. Fertilisasi dan implantasi membuat berhentinya
maturasi folikel dan ovulasi. Dalam perjalanan kehamilan terjadi perubahan
fungsi plasenta meningkat dan fungsi ovarium menurun.
h. Tuba Fallopi
Mengalami hipertropi
Selnya mendatar, seolah-olah
membentuk desidua karena pengaruh estrogen dan progesteron
2. Perubahan pada Payudara
Mamae membesar
Tampak glandula mantgomeri
Putting susu makin menonjol
ASI belum keluar dikarenakan prolaktin belum berfungsi
D. Kelainan pada Saat Konsepsi
1. Hiperemesis Gravidarum
“Morning sickness” dengan muntah
terus menerus, makan kurang dapat menyebabkan gangguan suasana kehidupan
sehari-hari. Dalam situasi demikian disebut Hiperemesis Gravidarum. Pada
tingkat ringan, sebaiknya memeriksakan diri dengan gejala muntah berlebihan,
keadaan lemas dan lemah, sakit pada ulu hati (perut bagian atas), tidak mau
makan, berat badan turun, turgor (kekenyalan) kulit berkurang, lidah kering,
mata cekung, kecepatan nadi meningkat, dan tekanan darah menurun.
Hiperemesis sulit dirawat dengan
pengobatan biasa dan perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan cairan
pengganti sehingga sirkulasi darah segera kembali, serta meningkatkan
metabolisme tubuh. Pada tingkat ringan belum terjadi gangguan metabolisme dan
merupakan waktu yang tepat untuk mendapat pengobatan yang adekuat. Dengan makin
meningkatnya muntah keadaan ibu semakin bertambah buruk.
2. Varises
Wanita hamil sering mengeluh
tentang pelebaran pembuluh darah yang terjadi pada tungkai, vagina, vulva, dan terjadi
wasir. Selain tampak kurang estetik, pelebaran pembuluh darah ini dapat
merupakan sumber perdarahan potensial pada waktu hamil maupun saat persalinan.
Kejadian varises ini makin meningkat pada kehamilan makin tua dan segera akan
menghilang atau berkurang setelah persalinan.
Penyebab varises adalah faktor
herediter dan dirangsang oleh meningkatnya hormon estrogen dan progesterone
atau faktor lainnya. Varises yang terdapat di tungkai dapat diatasi dengan cara
tidak terlalu banyak berdiri, saat tidur kaki ditinggikan atau memakai stoking.
Varises yang pecah pada waktu hamil dapat diatasi dengan cara menjahit kembali
sehingga perdarahan berhenti. Kesulitan yang mungkin dijumpai adalah saat
persalinandengan varises vulva yang besar sehingga saat episiotomy dapat
terjadi perdarahan.
Dengan beberapa pertimbangan pada
kasus dengan varises vagina dan vulva yang besar dapat dianjurkan persalinan
dengan resiko caesaria. Wanita hamil dengan keluhan wasir untuk sementara
diatasi dengan pengobatan sampai persalinan berlangsung. Setelah persalinan
berakhir keluhan wasir berkurang sampai menghilang dan tidak memerlukan
tindakan lagi.
3. Fistula
Kejadian fistula ini sudah jarang
dijumpai karena persalinan kasep yang makin jarang terjadi. Fistula terjadi
karena tekanan langsung jaringan lunak antara kepala janin yang telah berada di
dasar panggul dan jalan lahir. Oleh karena itu setelah melakukan pertolongan
persalinan kasep perlu dilakukan eksplorasi untuk mencari kemungkinan robekan
jalan lahir yang dapat menjadi fistula.
Untuk menghindari terjadinya
fistula postpartum selalu dipasang kateter menetap sehingga faskularisasi
jaringan yang tertekan membaik dan terhindar dari nekrosis dan fistula. Operasi
rekonstruksi fistula sulit dan keberhasilannya belum memuaskan. Untuk
mengurangi kejadian fistula maka persalinan harus telah dirujuk pada saat
mencapai garis waspada sehingga dapat dilakukan tindakan tepat dan cepat untuk
dapat menurunkan morbiditas dan moralitas. Pada kasus ibu hamil yang pernah
menjalani operasi rekonstruksi fistula, persalinan selalu dilakukan dengan
tindakan operasi secio caesaria.
4. Hematoma
Pecahnya pembuluh darah vena yang
menyebabkan perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan berlangsung atau yang
lebih sering pada saat persalinan. Hematoma vulva dan vagina dapat besar
disertai bekuan darah bahkan perdarahan yang masih aktif. Pada hematoma yang
besar harus dilakukan eksisi untuk mengeluarkan bekuan darah dan mengikat
pembuluh darah yang pecah.
Hematoma yang terjadi pada
pertolongan persalinan saat ini sudah jarang terjadi apalagi kehamilan
grandemultipara hematoma sebaiknya mengirimkan penderita ke tempat yang dapat
memberikan pertolongan yang adekuat.
Diposkan oleh Dea Desti E di
06.42 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar