Makalah Dinamika Psikologi Remaja

Disusun oleh;
NAMA :Windah Widi.A
KELAS :A.12.1
NIM :15150025
Fakultas Ilmu Kesehatan
D3 Kebidanan
Universitas Respati Yogyakarta
Tahun Ajaran 2015/2016
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Santrock (2003) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, sosial emosional. Sedangkan menurut Rumini dan Sundari
(2004) remaja adalah peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja adalah masa datangnya
pubertas 11-14 tahun sampai usia sekitar 18 tahun yang merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke
dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja
maupun orang tuanya. Masa perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul
pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat
berhasil di tuntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan
tugas-tugas berikutnya, sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidak bahagiaan pada diri individu yang
bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam
menyelesaikan tugas-tugas berikutnya (Monks, 2003).
Permasalahan yang sering muncul sering kali
disebabkan ketidaktahuan para orang tua dan pendidik tentang berbagai tuntutan
psikologi ini, sehingga perilaku mereka seringkali tidak mampu mengarahkan
remaja menuju perkembangan mereka. Bahkan tidak jarang orang tua dan pendidik
mengambil sikap yang tidak sejalan dari
yang seharusnya diharapkan, sehingga semakin mengacaukan
perkembangan diri para remaja tersebut. Dengan demikian di harapkan para orang
tua dan pendidik dapat memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong remaja menujukepenuhan.
B. Rumusan Masalah
1.Apa
pengertian dari remaja?
2.Apa
saja ciri-ciri pada remaja?
3.Apa
saja tahap-tahap pada perkembangan remaja?
4.Faktor
– faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan remaja?
5.Apa
saja perubahan fisik dan pisikologis pada masa remaja?
6.Apa
saja tugas – tugas perkembangan pada masa remaja?
7.
Apa saja
permasalahan pada masa remaja?
8.
Bagaimana
cara mengatasi masalah pada remaja?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari
remaja.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pada
remaja.
3. Untuk mengetahui tahap-tahap pada perkembangan remaja.
4. Untuk mengetahui Faktor – faktor yang
mempengaruhi perkembangan remaja.
5. Untuk mengetahui perubahan fisik dan pisikologis pada masa remaja.
6. Untuk mengetahui tugas – tugas
perkembangan pada masa remaja.
7. Untuk mengetahui permasalahan pada
masa remaja.
8. Untuk mengetahui cara mengatasi
masalah pada remaja.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Remaja
1.
Menurut Rumini dan Sundari (2004), remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa
dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
2.
Menurut Santrock (2003), masa remaja diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
3.
Menurut
Pardede (2002), masa remaja merupakan suatu fase perkembangan
yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode
transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade
kedua kehidupan.
B. Ciri-ciri Remaja
Ciri-ciri
Remaja adalah sebagai berikut:
1.
Pemekaran diri sendiri (extension
of the self)
Ditandai dengan kemampuan seorang untuk menganggap orang atau
hal lain sebagai bagian dari diri sendiri juga. Perasaan egoisme (mementingkan diri sendiri)
berkurang sebaliknya tumbuh perasaan ikut memiliki, salah satu tanda yang khas adalah
tumbuhnya kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan untuk
bertenggang rasa dengan orang yang dicintainya untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami
oleh orang yang dicintainya, menunjukkan adanya tanda-tanda kepribadian dewasa (mature
personality) ciri lain adalah berkembangnya ego ideal berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang
menggambarkan wujud ego (diri sendiri) di masa depan (Hurlock,
2002).
2.
Kemampuan untuk melihat diri sendiri
secara obyektif (self objectivication)
Ditandai dengan kemampuan untuk
mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan kemampuan untuk menangkap humor (sense
of humor) terrmasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran. Dia tidak
marah jika dikritik pada saaat-saat yang yang diperlukan ia dapat melepaskan diri dari dirinya sendiri
dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar (Hurlock, 2002).
3.
Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying
philosophy of life)
Hal itu dapat dilakukan tanpa perlu merumuskannnya
dan mengucapkankannya dalam kata-kata. Orang yang sudah dewasa tahu dengan tepat
tempatnya dalam rangka susunan objek-objek lain di dunia. Ia tahu kedudukannnya dalam masyarakat ia paham bagaimana seharusnya ia
bertingkah laku orang seperti ini tidak lagi mudah terpengaruh dan
pendapatnya serta sikap sikapnya cukup jelas dan tegas (Chaplin,
2004).
C. Tahap –
tahap Perkembangan Remaja
Tahap-tahap perkembangan remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai
berikut:
1.
Periode masa pra pubertas usia 12-18 tahun
Masa pra pubertas merupakan masa
peralihan
dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Ciri-cirinya:
a.
Anak tidak
suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
b.
Anak mulai
bersikap kritis
2.
Masa pubertas usia 14-16 tahun merupakan masa remaja awal. Ciri-cirinya:
a. Mulai cemas dan bingung tentang
perubahan fisiknya
b. Memperhatikan penampilan
c. Sikapnya tidak menentu/plin-plan
d. Suka berkelompok dengan teman sebaya
dan senasib
3.
Masa akhir pubertas usia 17-18 tahun merupakan peralihan dari masa pubertas ke
masa adolesen. Ciri-cirinya:
a. Pertumbuhan fisik sudah mulai matang
tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
b. Proses kedewasaan jasmaniah pada
remaja putri lebih awal dari remaja pria.
4. Periode remaja adolesen usia
19-21 tahun merupakan masa akhir Remaja. Beberapa sifat penting pada
masa ini adalah:
a.
Perhatiannya
tertutup pada hal-hal realistis
b. Mulai menyadari akan realitas
c.
Sikapnya
mulai jelas tentang hidup
d. Mulai nampak bakat dan minatnya
D. Aspek-aspek
Perkembangan Remaja
1. Perkembangan fisik
Menurut Papalia dan Olds (2001), yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada
tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh
ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan
otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai
beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh
orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga
strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.
2. Perkembangan Kognitif
Seorang remaja
termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis
mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif
mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja
ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal
atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga
menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa
yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka
sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds, 2001).
3.
Perkembangan
kepribadian dan sosial
Menurut Papalia & Olds (2001) yang dimaksud dengan perkembangan
kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan
menyatakan emosi secara unik sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan
dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada
masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian
identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang
penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
E. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah sebagai
berikut:
1. Faktor Pribadi
Setiap anak berkepribadian khusus. Keadaan khusus pada anak bisa
menjadi sumber munculnya berbagai perilaku menyimpang. Keadaan khusus ini
adalah keadaan konstitusi, potensi, bakat, atau sifat dasar pada anak yang
kemudian melalui proses perkembangan, kematangan, atau perangsangan dari
lingkungan, menjadi aktual, muncul, atau berfungsi
(Lester, 2004).
(Lester, 2004).
Seorang anak bisa bertingkah laku tertentu sebagai bentuk pelarian-pelarian
karena ia mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah. (Liebert, 2003)
Kesulitan
ini bersumber pada kemampuan dasar yang kurang baik, taraf kemampuannya terletak di bawah
rata-rata. Pelajaran yang dalam kenyataannya terlalu berat bagi anak, menjadi
beban yang menekannya sehingga ia selalu berada dalam keadaan tegang, tertekan,
dan tidak bahagia. Sehubungan dengan masalah pelajaran ini, perasaan-perasaan
tertekan dan beban yang tidak sanggup dihadapi juga dapat timbul karena berbagai
hal yang lain seperti berikut ini:
a. Tuntutan dari pihak orang tua
terhadap prestasi anak yang sebenarnya melebihi kemampuan dasar yang dimiliki
anak. Berbagai ungkapan yang sebenarnya keliru sering terdengar dari orang tua,
seperti: "Sebenarnya anak saya tidak bodoh, tetapi ia malas" atau
"Saya tidak mengharap anak saya mendapat angka 9, asal cukup saja, karena
ia sebenarnya bisa."
b. Tuntutan terhadap anak agar ia bisa
memperlihatkan prestasi-prestasi seperti yang diharapkan orang tua. Pada
kenyataannya, anak tidak bisa memenuhinya karena masa-masa perkembangannya
belum siap untuk bisa menerima kualitas dan intensitas rangsangan yang
diberikan. Hal ini sering terjadi pada anak di bawah umur.
c. Tekanan dari orang tua agar anak
mengikuti berbagai kegiatan, baik yang berhubungan dengan pelajaran-pelajaran
sekolah maupun kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan pengembangan
bakat dan minat. Seorang anak memperlihatkan sikap-sikap negatif terhadap
pelajaran karena ia harus bersekolah di dua tempat, yaitu di sekolah dan di tempat les privat atau
bimbingan belajar
yang waktu belajarnya bahkan lebih lama dari sekolah biasa daripada di sekolah
biasa.
d. Kekecewaan pada anak karena tidak berhasil
memasuki sekolah atau jurusan yang dikehendaki dan yang tidak dinetralisasikan
dengan baik oleh orang tua. Atau kekecewaan pada anak karena ia tidak berhasil
memuaskan keinginan-keinginan atau harapan-harapan orang tua. Kekecewaan yang
berlanjut pada penilaian bahwa harga dirinya tidak perlu dipertahankan karena
orang tua tidak mencintainya lagi.
Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa masalah yang berkaitan dengan masalah sekolah,
masalah belajar, prestasi, dan potensi (bakat) bisa menjadi sumber timbulnya
berbagai tekanan dan frustrasi. Hal tersebut dapat mengakibatkan
reaksi-reaksi perilaku nakal atau penyalahgunaan obat terlarang (Libert, 2003).
2. Faktor Keluarga
Keluarga adalah unit sosial yang paling kecil dalam
masyarakat. Meskipun demikian, peranannya besar sekali terhadap perkembangan
sosial, terlebih pada awal-awal perkembangan yang menjadi landasan bagi
perkembangan kepribadian selanjutnya. Anak yang baru dilahirkan berada
dalam keadaan lemah, tidak berdaya, bisa
melakukan apa-apa, tidak bisa mengurus diri sendiri, dan tidak bisa memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi, ia tergantung sepenuhnya dari lingkungan
hidupnya, yakni lingkungan keluarga, dan lebih luas lagi lingkungan sosialnya
(Prawirosudirjo, 2003).
(Prawirosudirjo, 2003).
Dalam perkembangannya, anak membutuhkan uluran tangan dari
orang lain agar bisa melangsungkan hidupnya secara layak dan wajar. Anak yang
baru dilahirkan bisa diibaratkan sebagai sehelai kertas putih yang masih polos.
Bagaimana jadinya kertas putih tersebut pada kemudian hari tergantung dari
orang yang akan menuliskannya. Jadi, bagaimana kepribadian anak pada kemudian hari
tergantung dari bagaimana ia berkembang dan dikembangkan oleh lingkungan
hidupnya, terutama oleh lingkungan keluarganya. Lingkungan keluarga berperan
besar karena merekalah yang langsung atau tidak langsung terus-menerus
berhubungan dengan anak, memberikan perangsangan (stimulasi) melalui berbagai
corak komunikasi antara orang tua dengan anak (Prawirosudirjo, 2003).
Seiring dengan tumbuh kembang anak, akan lebih banyak lagi
sumber-sumber untuk mengembangkan kepribadian anak. Lingkungan keluarga
seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal yang memengaruhi
berbagai aspek perkembangan anak. Adakalanya, hal ini berlangsung melalui
ucapan-ucapan atau perintah-perintah yang diberikan secara langsung untuk
menunjukkan apa yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan oleh anak. Adakalanya
pula, orang tua bersikap atau bertindak sebagai patokan, sebagai contoh atau
model agar ditiru. Kemudian, apa yang ditiru akan meresap dalam diri anak dan
menjadi bagian dari kebiasaan bersikap dan bertingkah laku, atau bagian dari
kepribadiannya (Payne, 2002).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, orang tua jelas
berperan besar dalam perkembangan kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting
dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran
kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi, gambaran kepribadian yang
terlihat dan diperlihatkan seorang remaja, banyak ditentukan oleh keadaan serta
proses-proses yang ada dan yang terjadi sebelumnya. Lingkungan rumah, khususnya
orang tua, menjadi teramat penting sebagai tempat persemaian dari benih-benih
yang akan tumbuh dan berkembang lebih lanjut. Pengalaman buruk dalam keluarga
akan buruk pula diperlihatkan terhadap lingkungannya. Perilaku negatif dengan
berbagai coraknya adalah akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang dialami
dalam keluarga. Hubungan antar pribadi dalam keluarga, yang
meliputi pula hubungan antar saudara, menjadi faktor penting yang
mendorong munculnya perilaku yang tergolong nakal (Payne, 2002).
Agar terjamin hubungan yang baik dalam keluarga, dibutuhkan
peran aktif orang tua untuk membina hubungan-hubungan yang serasi dan harmonis
di antara semua pihak dalam keluarga. Namun, yang tentunya terlebih dahulu
harus diperlihatkan adalah hubungan yang baik di antara suami dan istri (Payne, 2002).
3. Lingkungan Sosial dan Dinamika
Perubahannya
Lingkungan sosial dengan berbagai
ciri khusus yang menyertainya memegang peranan besar terhadap munculnya corak
dan gambaran kepribadian pada anak. Apalagi kalau tidak didukung oleh
kemantapan dari kepribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga. Kesenjangan
antara norma, ukuran, patokan dalam keluarga dengan lingkungannya perlu
diperkecil agar tidak timbul keadaan timpang atau serba tidak menentu, suatu
kondisi yang memudahkan munculnya perilaku tanpa kendali, yakni penyimpangan
dari berbagai aturan yang ada. Kegoncangan memang mudah timbul karena kita
berhadapan dengan berbagai perubahan yang ada dalam masyarakat (Ellis, 2001).
Dalam kenyataannya, pola kehidupan
dalam keluarga dan masyarakat sssdewasa ini, jauh berbeda dibandingkan dengan kehidupan
beberapa puluh tahun yang lalu. Terjadi berbagai pergeseran nilai
dari waktu ke waktu~ seiring dengan perubahan yang
terjadi dalam masyarakat. Bertambahnya penduduk yang demikian
pesat, khususnya di kota-kota besar, mengakibatkan ruang hidup dan ruang
lingkup kehidupan menjadi bertambah sempit. Urbanisasi yang terus-menerus
terjadi sulit dikendalikan, apalagi ditahan, menyebabkan laju kepadatan
penduduk di kota besar sulit dicegah. Dinamika hubungan menjadi lebih besar, sekaligus
menjadi lebih longgar, kurang intensif, dan kurang akrab. Dalam kondisi seperti
ini, sikap yang menjadi ciri dari kehidupan masyarakat yang padat yaitu: individualistis, kompetitif, dan
materialistis, amat mudah timbul. Sesuatu yang sebenarnya wajar, sesuai dengan
hakikat kehidupan, hakikat perjuangan hidup untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya dengan memenuhi kebutuhan paling pokok dari sistem kebutuhan, yakni
makanan (Santrock,
2002).
Pengaruh pribadi terhadap pribadi
lain di rumah, di kantor, dan di mana saja yang memungkinkan hubungan yang
cukup sering terjadi, akan memengaruhi kehidupan pribadi, kehidupan dalam
keluarga, dan kehidupan sosialnya. Banyak kota yang sedang berkembang menjadi
tempat pertemuan, percampuran antara berbagai corak kebudayaan, adat istiadat,
termasuk bahasa dan sistem nilai sikap. Tidak mustahil dalam keadaan seperti
itu, muncul ketidakserasian dan ketegangan yang berdampak pada sikap, perlakuan
negatif orang tua terhadap anak, dan lebih lanjut dalam lingkungan pergaulan (Santrock,
2002).
Lingkungan pergaulan anak adalah
sesuatu yang harus dimasuki karena di lingkungan tersebut seorang anak bisa
terpengaruh ciri kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh oleh hal-hal
yang baik. Di samping itu, lingkungan pergaulan adalah sesuatu
kebutuhan dalam pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat. Karena itu, lingkungan sosial
sewajarnya menjadi perhatian kita semua, agar bisa menjadi lingkungan yang
baik, yang bisa meredam dorongan-dorongan negatif atau patologis pada anak maupun
remaja (Santrock,
2002).
F.
Perubahan Fisik dan Psikologis pada Remaja
Perubahan fisik
dan psikologis pada remaja menurut Prawirosudirjo (2003) sebagai berikut:
1. Perubahan Fisik
a. Perubahan fisik pada wanita remaja antara lain:
1)
Pertumbuhan
fisik lebih menonjol, tinggi dan besar badannya
2)
Kulit
menjadi lebih halus
3)
Buah dada
(payudara) membesar
4)
Timbunan
lemak pada bagian badan tertentu lebih banyak: pinggul, pantat, sekitar dada,
sekitar pinggang tampak kecil atau ramping
5)
Suara
meninggi satu oktaf
6)
Tumbuh
rambut pada bagian tubuh tertentu, sekitar kemaluan dan ketiak
b. Perubahan fisik
pada laki-laki Remaja
1)
Testil membesar
2)
Tumbuh rambut
pada bagian tertentu, kumis, janggut, sekitar dada, ketiak dan sekitar
kemaluan.
3)
Suara menurun
satu oktaf lebih rendah nadanya
4)
Mimpi basah
2.
Perubahan
psikologis pada remaja
a. Perubahan
psikologi pada wanita remaja
1)
Pasif dan
menerima
2)
Cenderung
menerima perlindungan
3)
Minatnya
tertuju pada hal yang sifatnya emosional dan kongkrit
4)
Berusaha
mengikuti dan mengenang orang lain
5)
Sifatnya
subyektif
b. Perubahan
psikologi pada laki-laki remaja
1)
Aktif memberi
2)
Cenderung
memberikan perlindungan
3)
Minatnya
tertuju pada hal-hal yang bersifat interaktual abstrak
4)
Berusaha
memutuskan sendiri dan ikut bicara
5)
Sifatnya
objektif
G. Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Remaja
Menurut
Hurlock (Dalam
Ali, 2002), tugas-tugas perkembangan masa remaja,
yaitu:
1.
Mampu menerima keadaan fisiknya
2.
Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3.
Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis
4.
Mencapai kemandirian emosional
5.
Mencapai kemandirian ekonomi
6.
Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang
sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
7.
Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang
dewasa dan orang tua
8.
Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang
diperlukan untuk memasuki dunia dewasa
9.
Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10.
Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupan keluarga
H. Permasalahan pada Masa Remaja
Permasalahan
pada masa remaja menurut Stevenson (2002)
adalah sebagai berikut:
Kebanyakan anak yang dalam masa remaja pasti
menginginkan masa remaja mereka ingin sempurna dan di perhatikan oleh keluarga
terutama pada ayah dan ibu. Tapi
bagi sebagian mereka yang masa remajanya ingin sempurna harus meninggalkan
sedih di hati karena harus menghabiskan masa remaja mereka di jalanan bergabung
dengan mereka yang masa remajanya kurang beruntung, itu semua terjadi karena
pertengkaran yang terjadi pada orang tua dan melibatkan anak – anak mereka yang
tidak seharusnya terlibat, karena kalau orang tua melibatkan masalah mereka
kepada anaknya bisa membuat anak tersebut berpikir yang harusnya belum dia
pikirkan dan bisa membuat dia menjadi depresi.
Dalam masa remaja ini kita bisa mengenal yang namanya
cinta biarpun yang di bilang itu cinta monyet,
tapi gara – gara cinta bisa merusak masa remaja kita apa lagi kalau kita semua
sudah mengenal free sex (seks bebas).
Dalam kalangan remaja tidak mungkin tidak tahu yang
namanya cinta, tapi inilah masalah yang sering terjadi di saat kita hanyut
dengan cinta. Kita bisa saja melakukan apa saja untuk sampai – sampai kita bisa
melupakan keluarga kita sendiri.
Lingkungan sangat berperan penting dalam masa remaja karena lingkungan sanga mempengaruhi masa pertumbuhan remaja. Jika lingkungan yang ditempati baik maka berdampak positif terhadap remaja itu dan sebaliknya, Jika lingkungan yang di tempati itu buruk, maka berdampak negatif bagi perkembangan remaja. Maka dari itu kita harus bisa menentukan mana yang baik dan yang buruk.
|
I. Cara Mengatasi Masalah
Remaja
Cara
mengatasi masalah remaja menurut Stevenson (2002)
adalah sebagai berikut:
1.
Masalah Keluarga
Dalam permasalahan
remaja orang tua sangat berperan penting terhadap perkembangan psikologi
seorang anak, sehingga orang tua harus lebih memperhatikan perilaku seorang
anak. Jadi, sebagai orang tua kita harus lebih terbuka terhadap
masalah-masalah yang ada pada keluarga, agar tercipta kenyamanan dan
keharmonisan dalam keluarga.
2.
Masalah Percintaan
Dalam masalah
percintaan remaja harus mengetahui batasan-batasan dalam berpacaran, agar
tidak terjerumus dalam pergaulan bebas
(free seks). Oleh sebab itu
remaja di harapkan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
3.
Masalah Lingkungan
Dalam masalah
lingkungan, remaja harus bisa membatasi pergaulan dan bisa memilih mana
pergaulan yang positif dan negatif. Karena, lingkungan juga berperan penting
terhadap perubahan perkembangan remaja.
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadipokok bahasan dalam makalah ini, tentu nya masih
ba nyak kekurangan dan kelemahan nya, kerena terbatas nya pengetahuan dan
kurang nya rujukan atau referensi yang ada hubungan nya dengan judul makalah
ini.
Penulis ba nyak berharap para pembaca yang budi man dusi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurna nya makalah ini
dan dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikut nya. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khusus nya juga para pembaca yang budi man pada
umum nya.
DAFTAR
PUSTAKA
Crow, 2004, Educational Psychology, American Book Company, New York.
Hurlock, 2002, Developmental Psychology, McGraw Hill
Book Company, Inc., New York.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar